LENTERASUMBAR - Keputusan Presiden Indonesia Prabowo Subianto untuk menghadiri Forum Ekonomi Internasional di St. Petersburg, Rusia, dan bertemu langsung dengan Presiden Vladimir Putin alih-alih menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Kanada, menjadi sorotan sejumlah media internasional, termasuk dari China.
Media ternama South China Morning Post menyoroti langkah Prabowo sebagai sinyal strategis bahwa Indonesia di bawah kepemimpinannya cenderung mempererat hubungan dengan Rusia, di tengah dinamika geopolitik global yang semakin kompleks.
Prabowo dijadwalkan menghadiri forum ekonomi tersebut pada 18–21 Juni 2025, dan dijadwalkan melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Topik yang akan dibahas mencakup kerja sama di bidang pertahanan, energi nuklir, dan transportasi, termasuk potensi investasi dari perusahaan Rusia seperti Rosatom.
Sebelumnya, Perdana Menteri Kanada Mark Carney dikabarkan telah mengundang Presiden Prabowo untuk hadir dalam pertemuan G7 yang juga berlangsung pada periode yang sama. Namun, pihak Kementerian Luar Negeri RI menegaskan bahwa kunjungan ke Rusia telah dirancang jauh hari sebelumnya dan tidak berkaitan dengan sikap politik tertentu.
“Kebijakan luar negeri Indonesia tetap mengedepankan prinsip bebas aktif dan menjunjung tinggi hubungan baik dengan seluruh negara,” kata juru bicara Kemenlu RI dalam keterangannya, Senin (16/6).
Pengamat politik internasional menyebut keputusan Prabowo ini sebagai manuver untuk memperluas kerja sama strategis dengan berbagai kekuatan global, bukan semata berpihak. Meski demikian, absennya Indonesia dari forum G7 tetap memunculkan interpretasi bahwa Jakarta tengah melakukan penyeimbangan baru dalam politik luar negerinya.
Pertemuan Prabowo dengan Putin ini juga menjadi yang pertama sejak dirinya resmi menjabat sebagai Presiden RI, sekaligus menguatkan posisi Indonesia dalam blok kerja sama negara berkembang seperti BRICS.
Sumber : Reuters, Kompas dan Antara
0 Komentar