Urak Balabek, Tradisi Adat Pauh yang Lestarikan Silek Minangkabau

 



PADANG – Silek atau silat, sebagai ilmu bela diri tradisional yang lahir dari Minangkabau dan Alam Melayu, telah lama menjadi bagian dari identitas masyarakat Minang. Dahulu, silek merupakan pelajaran wajib bagi anak lelaki di surau-surau, tempat mereka menimba ilmu agama, adat, dan bela diri.


Di Nagari Pauh, Kota Padang, tradisi silek tidak hanya sekadar warisan bela diri, tetapi juga bagian dari adat dan filosofi hidup masyarakat setempat. Salah satu tradisi yang mencerminkan kekayaan nilai budaya itu adalah Urak Balabek, prosesi adat yang menjadi bagian penting dalam pengangkatan Guru Silek atau Pangulu Silek.


Tradisi Urak Balabek bukan sekadar pertunjukan seni bela diri, tetapi merupakan alek nagari yang sarat makna. Prosesi adat ini melibatkan niniak mamak, pemangku adat, urang nan mamanggia, hingga niniak mamak nan kanai panggia. Pembukaan galanggang dilakukan secara adat dan seremonial, dihadiri unsur pemerintahan, tokoh adat, dan masyarakat.


Tahun ini, Alek Nagari Pauh “Urak Balabek” dilaksanakan di Sungai Balang, Kecamatan Pauh, pada 6–8 November 2025. Kegiatan ini merupakan program yang didukung oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, melalui pokok pikiran (pokir) anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat, M. Iqra Chissa Putra, ST, MM.


Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur Sumatera Barat, Bapak Vasco Ruseimy St. Nagari Sati, dan dihadiri oleh Forkopimda, para penghulu Nagari Pauh, serta tokoh masyarakat.


Pada malam pembukaan, prosesi adat dimulai dengan pasambahan ujuang jo pangka, mandarahi galanggang Urak Balabek, ma asok-i padang, serta penampilan mancak padang tuo Silek Pauh dan pandeka anak sasian.


Hari kedua diisi dengan penampilan dari lima tapian (15 sasaran silek) dari berbagai bagian Nagari Pauh. Pertunjukan meliputi pencak silek bapasangan, tari buai-buai, silek basamo, hingga silek berpasangan, menampilkan keindahan gerak serta nilai-nilai persaudaraan dalam silek tradisi Pauh.


Sementara itu, hari terakhir menjadi puncak kegiatan dengan arak-arakan Tuo Silek dari setiap tapian, dimulai dari Kantor KAN Nagari Pauh menuju Galanggang Sungai Balang di samping Kantor Camat Pauh. Setelah salat Magrib digelar makan bajamba, dan malam harinya dilanjutkan dengan pengukuhan guru silek secara adat.


Anggota DPRD Sumbar M. Iqra Chissa Putra selaku inisiator kegiatan mengatakan, pelestarian tradisi seperti Urak Balabek perlu terus mendapat dukungan karena merupakan bagian dari identitas dan kebanggaan masyarakat Pauh.


“Silek bukan sekadar bela diri, tapi juga ajaran tentang budi pekerti, keberanian, dan kebersamaan. Melalui kegiatan ini kita ingin generasi muda kembali mengenal akar budayanya dan merasa bangga menjadi bagian dari warisan Minangkabau,” ujar Iqra.


Ia juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah mendukung terlaksananya kegiatan ini.


“Tradisi Urak Balabek adalah cerminan nilai adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, kita berharap kegiatan seperti ini dapat menjadi agenda budaya tahunan di Nagari Pauh,” tambahnya.


Tradisi Urak Balabek menjadi bukti nyata bahwa masyarakat Pauh terus menjaga dan melestarikan warisan budaya leluhur. Melalui alek nagari ini, nilai-nilai silek sebagai simbol kepribadian, ketangguhan, dan kebersamaan masyarakat Minangkabau tetap hidup dan diwariskan kepada generasi muda. (**) 

Posting Komentar

0 Komentar